Asuransi adalah cara lain untuk menabung. 10 tahun
yang lalu, penjual asuransi akan datang kepada Anda untuk memberi
tawaran asuransi plus, plus tabungan. Premi bisa dibayar bulanan, lewat debit rekening,
atau per triwulan atau per tahun, suka-suka. Besar bunga tabungan
diclaim 2% lebih tinggi dari bunga tabungan biasa. Lalu ada deretan
angka-angka yang wah sekali, dan selalu Anda akan dituntun untuk
melongok angka yang paling besar, di baris 20 tahun kemudian, dan Anda
merasa wah nyaman juga dapat uang segitu gede. Namanya bisa tabungan, bisa dana pendidikan, bisa dana pensiun. Prinsipnya ada bagian yang akan ditabung dan dalam periode tertentu bisa diambil.
Lima tahun kemudian, cara ini kurang laku lagi, dan perusahaan asuransi mengemas produknya dengan cara yang lebih menggiurkan. Bukan lagi tabungan, dana pendidikan, atau dana pensiun tapi investasi. Dengan return yang lebih besar karena menaruh uang Anda tidak lagi di instrumen tabungan yang bunganya kecil mungil. Anda sudah taruh uang Anda di ekuiti, saham, yang bisa memberikan 20% atau 40% return per tahunnya. Kalau sekarang harga saham kedodoran, ya sebetulnya tidak masalah juga, namanya juga risiko. Mau untungnya masa tidak bisa terima ruginya.
Asuransi model unit link ini jauh lebih hebat ditawarkannya. Dengan return lebih tinggi, pastilah angka yang tercetak di proposal jauh lebih besar dari sekadar tabungan. Wah, apalagi kalau ditunjuk angka pada waktu umur Anda 70 tahun, alamak, luar biasa.Terlepas dari ketidaksetujuan saya tentang cara menjual asuransi semacam itu toh berapa banyak sih yang akan memperhitungkan nilai tunai dari angka yang luar biasa itu saya menganggap bahwa asuransi plus memiliki kelebihan dalam mendisiplinkan diri kita untuk menabung.
Andaikata jumlah yang ditabung itu hanya memberikan return sedikit lebih tinggi dari besar inflasi tahunan kita, asuransi plus sudah cukup dijadikan sebagai alat menabung. Hal yang kita perlu sadari adalah apa yang kita bayarkan tiap bulan, triwulan, atau tiap tahun itu tidak semuanya masuk ke instrumen tabungan.
Sebagian masuk sebagai premi asuransi yang pengembaliannya bakal ada kalau Anda sudah tidak ada. Jadi, Anda mesti rela hati membiarkan orang lain menikmati apa yang Anda bayarkan rutin sekarang ini. Ini pun dengan batasan, bisa batasan umur 70 tahun misalnya, atau batasan kontrak.
Tetapi minimal, kalau nasabah atau pemegang polls meninggal dunia pada kurun waktu tersebut, dan dia masih punya utang yang mesti dilunasi, tidak perlulah dia mewariskan utang kepada anak-anaknya.
Di luar itu, Anda punya instrumen tabungan yang mau tidak mau mesti Anda bayar terus, kalau Anda tidak mau kehilangan seluruh uang Anda. Lebih repot memang. Tapi boleh menjadi pilihan kalau Anda mampu mengampu seluruh biaya dan beban yang rutin harus dibayarkan.
Lima tahun kemudian, cara ini kurang laku lagi, dan perusahaan asuransi mengemas produknya dengan cara yang lebih menggiurkan. Bukan lagi tabungan, dana pendidikan, atau dana pensiun tapi investasi. Dengan return yang lebih besar karena menaruh uang Anda tidak lagi di instrumen tabungan yang bunganya kecil mungil. Anda sudah taruh uang Anda di ekuiti, saham, yang bisa memberikan 20% atau 40% return per tahunnya. Kalau sekarang harga saham kedodoran, ya sebetulnya tidak masalah juga, namanya juga risiko. Mau untungnya masa tidak bisa terima ruginya.
Asuransi model unit link ini jauh lebih hebat ditawarkannya. Dengan return lebih tinggi, pastilah angka yang tercetak di proposal jauh lebih besar dari sekadar tabungan. Wah, apalagi kalau ditunjuk angka pada waktu umur Anda 70 tahun, alamak, luar biasa.Terlepas dari ketidaksetujuan saya tentang cara menjual asuransi semacam itu toh berapa banyak sih yang akan memperhitungkan nilai tunai dari angka yang luar biasa itu saya menganggap bahwa asuransi plus memiliki kelebihan dalam mendisiplinkan diri kita untuk menabung.
Andaikata jumlah yang ditabung itu hanya memberikan return sedikit lebih tinggi dari besar inflasi tahunan kita, asuransi plus sudah cukup dijadikan sebagai alat menabung. Hal yang kita perlu sadari adalah apa yang kita bayarkan tiap bulan, triwulan, atau tiap tahun itu tidak semuanya masuk ke instrumen tabungan.
Sebagian masuk sebagai premi asuransi yang pengembaliannya bakal ada kalau Anda sudah tidak ada. Jadi, Anda mesti rela hati membiarkan orang lain menikmati apa yang Anda bayarkan rutin sekarang ini. Ini pun dengan batasan, bisa batasan umur 70 tahun misalnya, atau batasan kontrak.
Tetapi minimal, kalau nasabah atau pemegang polls meninggal dunia pada kurun waktu tersebut, dan dia masih punya utang yang mesti dilunasi, tidak perlulah dia mewariskan utang kepada anak-anaknya.
Di luar itu, Anda punya instrumen tabungan yang mau tidak mau mesti Anda bayar terus, kalau Anda tidak mau kehilangan seluruh uang Anda. Lebih repot memang. Tapi boleh menjadi pilihan kalau Anda mampu mengampu seluruh biaya dan beban yang rutin harus dibayarkan.