I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber
Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep
kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning )
dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak
peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara
peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau
sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya,
sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi
sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan
lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang
efektif.
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta
didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode
mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan
prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara
psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat
diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik
dan gaya hidupnya.
Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu
diantaranya yang menurut penulis penting adalah metodologi mengajar.
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari
pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh
pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung
pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut
siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang
diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku
pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya
hidupnya.
Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu
harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses
belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus
divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi
serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang
telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai. Karena begitu
pentingnya metode mengajar dalam pembelajaran maka penulis tergugah
untuk menulis dan menguraikannya sehingga makalah ini penulis beri judul
“Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka timbul masalah-masalah sebagai berikut :
1. Benarkah pendidikan dapat menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kegiatan pengajaran ?
2. Adakah Interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) ?
3. Apakah komponen-komponen dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ?
4. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?
5. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?
6. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?
7. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ?
8. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, agar penguraian
makalah lebih terarah dan terfokus maka penulis batasi pada point
4,5,6,7 dan 8 dari identifikasi masalah di atas yaitu :
1. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?
2. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?
3. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?
4. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ?
5. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, Identifikasi dan batasan masalah maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?
2. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?
3. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?
4. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ?
5. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?
E. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menginformasikan bagi para
pembaca, bahwa betapa pentingnya metodologi mengajar dikuasai oleh
pendidik, dan diusahakan metodologi yang dimiliki pendidik pada saat
praktek disesuaikan dengan tipe belajar siswa, sehingga diharapkan
materi yang kita sampaikan terekam dan tercerna oleh peserta didik, dan
dapat ditunjukan oleh mereka pada sikap dan prilaku dalam kesehariannya.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pengertian Tipe
Tipe : sikap, gerak, gerik, lagak yang menandai ciri seseorang, atau
gerakan tertentu yang diatur untuk menarik perhatian orang lain.
2. Pengertian Belajar
² Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in
behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara baik
dengan jalan mengalami.
² Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited, to try
something themselves, to listen, to follow direction, dimana pengalaman
itu dapat diperoleh dengan mempergunakan panca indra.
² Robert. M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning
mengemukakan bahwa : Learning is a change in human disposition or
capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply
ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi
dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan
hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa
belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri
dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar
Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran
instrumentalisme.
² Lester.D. Crow and Alice Crow mendefinisikan : Learning is the
acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya
untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.
² Hudgins Cs. (1982) berpendapat Hakekat belajar secara tradisional
belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku,
yang mengakibatkan adanya pengalaman .
² Jung , (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses
dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman.
² Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar
oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa
penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan
pengalamannya.Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak
ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki
kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat
dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
Pada dasarnya prinsip belajar lebih dititikberatkan pada aktivitas
peserta didik yang menjadi dasar proses pembelajaran baik dijenjang
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah
lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun Tingkat Perguruan Tinggi.
3. Pengertian Siswa / Peserta Didik
² A person registrered in an education and pursuing a course of study
(Seseorang yang terdaftar pada sebuah lembaga pendidikan dan mengikuti
suatu jalur studi). Asa S. Knowles, Editor-in-Chief, The International
Encyclopedia of Higher Education, Volume 1, 1977.
² A student is a man or woman, who knows how tp read books. (Seorang
peserta didik adalah seorang pria atau wanita yang mengetahui cara
membaca buku-buku). The Future of The Indian University
² Peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang yang
bertindak sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran
yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan (Aminuddin Rasyad, 2000 : 105)
² Peserta didik atau siswa atau murid atau terdidik.
Siapa dan bagaimana peserta didik itu ?
1) Peserta didik sebagai individu / pribadi ( manusia seutuhnya ) :
Individu ini diartikan “Seseorang yang tidak bergantung pada orang
lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri
sendiri dan tidak dipaksa dari luar, juga mempunyai sifat dan keinginan
sendiri ( Abu Ahmadi, 1991 ; 39 )
Untuk itu peserta didik harus dipandang secara filosofis, yaitu
menerima kehadiran keakuannya, keindividuannya, sebagaimana mestinya ia
ada ( eksistensinya ).
2) Peserta didik menurut tahap dan perkembangan umur
a. 0 – 7 tahun masa kanak-kanak
masa kanak-kanak adalah masa mulai bermain, berkawan, berkomunikasi dengan dunia luar.
b. 7 – 14 tahun masa sekolah
pada usia-usia 12 tahunan biasanya siswa memasuki masa kritis, dimana
pendidik harus lebih memperhatikan dan memberi pengertian, serta
bimbingan.
c. 14 – 21 tahun puberitas
masa puberitas terbagi tiga :
a) Masa pra puberitas : wanita 12 – 13 th Laki-laki 13 – 14 th
b) Masa puberitas : wanita 13 – 18 th Laki-laki 14 – 18 th
c) Masa adolesen : wanita 18 – 21 th Laki-laki 18 – 23 th
3) Peserta didik menurut status dan tingkat kemampuan.
Kata status disini diartikan dengan keadaan peserta didik dipandang secara umum dalam kemampuannya ( kecerdasannya ).
Kemampuan peserta didik dapat digolongkan 3 kelompok :
a. Peserta didik super normal
b. Peserta didik normal
c. Peserta didik sub normal
Untuk lebih rincinya lihat skema dibawah ini :
Genius IQ 140 keatas
Super normal Gifted IQ 130 – 140
Superior IQ 110 – 130
Normal dan Normal IQ 90 – 110
Derajat mental Sedikit di bawah
Normal Sub Normal /
Berdoline IQ 70 – 90
Debil IQ 50 – 70
Sub normal Insibil IQ 25 – 50
Idiot IQ 20 – 25
4. Pengertian Tipe Belajar Siswa
Dari pengertian-pengertian yang penulis uraikan di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa tipe belajar siswa adalah suatu sikap atau
lagak yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai
pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, berdasarkan pengalaman
yang dialaminya sendiri dengan mempergunakan alat indranya.
5. Pengertian Metodologi
Metodologi berasal dari bahasa Latin ” Meta ” dan ” Hodos ” meta
artinya jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah
ilmu mengenai cara-cara mencapai tujuan.
6. Pengertian Mengajar
² Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah ” . suatu
rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat
menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu “.
² Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah . a way
working with students … A process of interaction . the teacher does
something to student, the students do something in return. Dari definisi
itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses
hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif
melakukan kegiatan.
² Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah ” . suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”.
² Tardif (1989) mendefinisikan, mengajar adalah . any action
performed by an individual (the teacher) with the intention of
facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti
mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini
pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal
ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.
² Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :
a. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the
transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini
guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan
kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa
bukan tanggung jawab pengajar.
b. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient
orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan
mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki
berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan
kebutuhannya.
c. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the
facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan
belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.
Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari
sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk
saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi
proses belajar dan tujuan pengajaran tercaqpai.
7. Pengertian Metodologi Mengajar
Dari definisi-definisi metodologi dan mengajar yang telah diuraikan
di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian metodolgi
mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan
aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari
pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan
suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti
tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan
oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode
mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
B. Metode Mengajar
Beberapa metode mengajar yang dapat divariasikan oleh pendidik diantaranya :
1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah
dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan
literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham
siswa.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi
dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar
menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2. Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah
metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah
(problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi
kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation
).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban
untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
3. Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik
secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah (
2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan
sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan
pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan
obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
4. Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih
dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode
lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah
plus yaitu :
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan
pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran,
kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan
materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)
5. Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian
mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya
meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan
sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
6. Metode percobaan ( Experimental method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau
percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)
Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan
tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima
kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
7. Metode Karya Wisata ( Study tour method )
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang
terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan
didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi
oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran
karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka
panjang dan jauh.
8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana
siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara
membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa
manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari
mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian,
penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih
banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari
pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.
9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana
pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.
Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara
pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika
ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan
dengan team pendidik tersebut.
10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri
11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
12. Metode perancangan ( projeck method )
yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :
a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi
lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan
menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang
diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :
a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara
vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode
ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru
belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak
didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang
diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
13. Metode Bagian ( Teileren method )
yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian,
misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang
tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
14. Metode Global (Ganze method )
yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan
materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil
intisari dari materi tersebut.
C. Perbandingan Ciri Khas Metode Mengajar
Metode Sifat Materi Tujuan Keunggulan Kelemahan
CeramahDemonstrasiDiskusi Informatif,
faktualPrinsipal,faktual,keterampilanPrinsipal, konseptual, keterampilan
Pemahaman PengetahuanPemahaman aplikasiPemahamanAnalisis,
sintesis,Evaluasi, aplikasi Lebih banyak materi yang tersajiSiswa
berpengalamanDan berkesan mendalam.Siswa aktif, berani dan kritis Siswa
pasifLebih banyak alat dan biayaMemboroskan waktuDidominasiSiswa
yangpintar
Metode mengajar yang dimiliki pendidik usahakan divariasikan, agar
siswa-siswi dalam kelas yang tipe belajarnya pasti beragam itu dapat
menerima, mencerna, menguasai materi yang diberikan oleh pendidik
seefisien dan seefektif mungkin. Bagaimana agar yang kita harapkan itu
menjadi kenyataan ? Salah satu solusinya adalah pendidik disamping
menguasai beberapa metode mengajar, harus tahu juga tipe belajar para
siswanya. Supaya sinkron antara metode mengajar pendidik dengan tipe
belajar peserta didik. Artinya metode yang digunakan dalam megajar telah
disesuaikan dengan tipe belajar peserta didik. Misal tipe belajar siswa
visual, maka akan lebih mudah dicerna oleh siswa apabila guru mengajar
dengan slide, makalah, atau digambarkan langsung di papan tulis. Untuk
itu mari kita lihat beberpa tipe belajar siswa .
D. Beberapa Tipe Belajar Siswa
Mengetahui tipe belajar siswa membantu guru untuk dapat mendekati
semua atau hampir semua murid hanya dengan menyampaikan informasi dengan
gaya yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan tipe belajar siswa.
Beberapa Tipe Belajar Siswa Sebagai Berikut :
1. Tipe Belajar Visual.
Bagi siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan
penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode
pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan
pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan
pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung
pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.
Ciri-ciri Tipe Belajar Visual :
² Bicara agak cepat
² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
² Tidak mudah terganggu oleh keributan
² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
² Lebih suka membaca dari pada dibacakan
² Pembaca cepat dan tekun
² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
² Lebih suka musik dari pada seni
² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika
ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya
² Mengingat dengan Asosiasi Visual
2. Tipe Belajar Auditif.
Siswa yang bertipe auditif mengandalakan kesuksesan belajarnya
melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya
harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Karena akan
sia-sialah guru yang menerangkan kepada siswa tuli, walaupun guru
tersebut menerangkan dengan lantang , jelas dan dengan intonasi yang
tepat.
Ciri-ciri Tipe Belajar Auditif :
² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
² Penampilan rapi
² Mudah terganggu oleh keributan
² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
² Biasanya ia pembicara yang fasih
² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
Visual, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
² Berbicara dalam irama yang terpola
² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
3. Tipe Belajar Kinestetik.
Siswa yang bertipe belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri Tipe Belajar Kinestetik :
² Berbicara perlahan
² Penampilan rapi
² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
² Belajar melalui memanipulasi dan praktek
² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
² Menyukai permainan yang menyibukkan
² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
4. Tipe Belajar Taktil.
Taktil artinya rabaan atau sentuhan. Siswa yang seperti ini
penyerapan hasil pendidikannya melaui alat peraba yaitu tangan atau
kulit.
Contoh : mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk)
5. Tipe Belajar Olfaktoris.
Keberhasilan siswa yang bertipe olfaktoris , tergantung pada alat
indra pencium, tipe siswa ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya
dengan suasana bau lingkungan.
Siswa tipe ini akan cocok bila bekerja di : laboratorium
6. Tipe Belajar Gustative.
Siswa yang bertipe gustative ( kemampuan mencicipi ) adalah mereka
yang mencirikan belajarnya lebih mengandalkan kecapan lidah. Mereka akan
lebih cepat memahami apa yang dipelajarinya melalui indra kecapnya.
7. Tipe Belajar Kombinatif.
Siswa bertipe kombinatif adalah siswa yang dapat dan mampu mengikuti
pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indra.Ia dapat
menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar.
Karena banyak ragam tipe belajar siswa, maka kita sebagai pendidik
hendaknya mengenali betul anak didik kita dan hendaknya pendidik
memiliki berbagai metode mengajar, agar siswa dapat menerima atau
mengerti apa yang disampaikan oleh gurunya dengan seefektif dan
seefisien mungkin.
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan rohani siswa
b. Faktor ekstenal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, perhatikan bagan di bawah ini :
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Ragam Faktor dan Elemennya
Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Belajar Siswa
1. Aspek Fisiologis :- Tonus Jasmani- Mata dan telinga2. Aspek
Psikologis- intelegensi- sikap- minat- bakat- motivasi 1. Lingkungan
Sosial- keluarga- guru dan staf- masyarakat- teman2. Lingkungan
Nonsosial- rumah- sekolah- peralatan- alam 1. Pendekatan Tinggi-
speculative- achieving2. Pendekatan Sedang- analitical- deep3.
Pendekatan Rendah- reproductive- surface
G. Hubungan Metodologi Mengajar Dengan Tipe Belajar
Beberapa metode mengajar yang telah penulis uraikan di atas sebaiknya
dikuasai dan divariasikan oleh pendidik, dengan tujuan pada saat
mengajar dipraktekkan langsung, agar siswa yang terdiri dari bebrapa
tipe belajar tersebut dapat menyimak, menerima, mencerna dan mengerti,
sehingga peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, seperti adanya perubahan tingkah laku yang positif yaitu
dari tidak tahu menjadi tahu, wawasannya lebih luas, tutur katanya lebih
sopan serta gaya hidupnyapun lebih intelek.
Metode mengajar jelas erat hubungannya dengan tipe belajar peserta
didik, karena dalam proses belajar mengajar yang baik adalah apabila
terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Untuk itu maka
pendidik harus dapat menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan
semangat belajar, menggairahkan dan membuat siswa antusias untuk
belajar. Sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Bagaimana cara
menciptakannya ?. Perhatikan tipe belajar terbanyak dari siswa yang kita
ajar. Jika tipe belajar tebanyak adalah bertipe belajar auditif, maka
kita akan tepat jika menggunakan metode ceramah atau mendengarkan kaset,
tetapi diselingi juga dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi), dapat
juga dengan memutarkan filmnya agar siswa dapat melihat (visual) dengan
jelas apa yang terjadi. Dengan harapan peserta didik dalam kelas yang
tipe belajarnya beragam itu, dapat menyimak, memperhatikan , sehingga
terjadilah proses belajar mengajar dan terdapat interaksi dari keduanya.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di bahwa ini :
seorang peserta didik baru saja menerima sebuah bingkisan hadiah
berupa kotak, setelah peserta didik membukanya, ternyata kotak itu
berisi rumah boneka Barbie dalam keadaan terurai terdiri dari 25 bagian
yang terpisah-pisah dilengkapi dengan buku petunjuk setebal 20 halaman
untuk membantu peserta didik dalam merangkai rumah Barbie tersebut.
¨ Bagaimana peserta didik mengatasi hal ini ?
¨ Apakah peserta didik membaca buku tersebut serta bingung dan tidak
jelas sampai ia melihat ilustrasinya dan mulai menyambung
bagian-bagiannya ?
¨ Ataukah sebaliknya, peserta didik merasa bingung dengan rangkaian
bagian-bagian itu ? Tetapi setelah peserta didik membaca buku
petunjuknya semuanya menjadi sangat jelas?
v Jika peserta didik membaca ilustrasi dan akhirnya menjadi jelas
bagi peserta didik, maka kemungkinan besar peserta didik tergolong
pelajar Visual.
v Karena pendidik tahu tipe belajar siswa yaitu bertipe belajar
visual, maka alangkah baiknya pendidik menjelaskan materi dengan metode
ceramah, dengan menggunakan slide atau dengan menggunakan modul.
v Jika peserta didik tidak dapat menyelesaikan dalam merangkai
bagian-bagian tersebut melalui buku petunjuk ataupun melalui gambarnya,
kemudian peserta didik menelpon temennya yang membaerikan hadiah tadi
dan menjelaskannya melalui telepon bagaimana cara merankainya dan
akhirnya menjadi jelas, maka ini berindikasi bahwa peserta didik
tergolong pelajar auditif.
v Karena peserta didiknya bertipe belajar auditif, maka sebaiknya
pendidik pada saat mengajar menggunakan metode ceramah, memutarakan
kaset, atau divariasikan antara metode ceramah dengan tanya jawab.
v Jika terlihat peserta didik dalam memulai penyelesaian dengan
bagian-bagian tersebut secara fisik, mungkin peserta didik tergolong
pelajar taktil. Dalam hal ini pendidik harus banyak menggunakan metode
demonstrasi disamping metode ceramah atau divariasikan dengan metode
latihan keterampilan.
III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode mengajar yang bervariasi perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktekkan pada saat mengajar.
2. Tipe belajar peserta didik perlu diketahui oleh pendidik, melalui
observasi agar pendidik dapat menyesuaikan metode apa yang akan
diterapkan pada saat mengajar.
3. Tipe belajar siswa berbeda-beda, karena banyak faktor yang
mempengaruhi, diantaranya : lingkungan tempat tinggal, keluarga, orang
tua, dan sebagainya.
4. Pendidik yang bijaksana dalam pelaksanaan pengajaran
(pembelajaran) selalu berfikir bagaimana murid-muridnya, apakah
murid-muridnya dapat mengerti apa yang disampaikan, apakah murid
mengalami proses belajar, apakah materinya sesuai dengan pemahaman dan
kematangan anak, dan sebagainya.
B. Saran
1. Metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan tipe belajar siswa
agar apa yang disampaikan dapat dicerna, dikuasai, dan dimengerti oleh
peserta didik.
2. Hendaknya pendidik mengenal dan memahami peserta didiknya.
3. Pendidik hendaknya memiliki keterampilan metode mengajar yang bervariasi.
4. Bagi mereka yang terlibat dalam dunia keguruan, hendaknya secara
antusias untuk meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan , khususnya
yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dalam dunia pendidikan.
0 Responses
:))
;))
;;)
:D
;)
:p
:((
:)
:(
:X
=((
:-o
:-/
:-*
:|
8-}
:)]
~x(
:-t
b-(
:-L
x(
=))
Didukung oleh NewPurwacarita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)