Pendidikan Dimulai Sejak Janin
Sejak
lebih dari satu dasawarsa silam, tak sedikit ahli mulai mendalami
penelitian terhadap pendidikan prenatal. Menariknya, tak diperlukan
seorang yang ahli di bidang pendidikan untuk melakukannya. justru orang
tua, terutama ibu, menjadi guru pertama bagi si buah hati.
Dalam
hampir semua budaya dan dalam pandangan banyak orang, peran menjadi
orang tua dimulai setelah si kecil hadir di dalam pelukan orang tuanya
di ruang bersalin, Pandangan semacam ini menyebabkan terpisahnya peranan
aktif orang tua dalam membesarkan anak sejak periode kehidupan si kecil
di dalam kandungan. para ahli yang tak setuju dengan paradigma tersebut
kemudian giat melakukan pengamatan, eksperimen, dan pengembangan
terhadap stimulasi dan pendidikan prenatal. Hasil beberapa studi
tampaknya akan membuat Anda berpikir dua kali untuk mengabaikan
stimulasi si buah hati saat masih dalam kandungan:
Dua
peneliti bidang psikologi dan pendidikan anak Amerika Serikat, Rene Van
de Carr dan Marc Lehrer, merupakan salah satu pelopor penelitian di
bidang stimulasi dan pendidikan prenatal. Penelitian terhadap ribuan
pasangan muda dan keluarga di seantero negeri Paman Sam dan beberapa
negara lain membuktikan bahwa stimulasi, dini terhadap janin memang
benar meningkatkan kemampuan dan perkembangan anak setelah lahir
beberapa persen dibandingkan dengan anak yang lahir tanpa stimulasi
semasa janin.
Penelitian
yang dilakukan sejak tahun 1979 ini. ternyata menggugurkan pandangan
beberapa kalangan ahli yang berasumsi bahwa bayi belum memiliki
kesadaran atau kemampuan belajar pada bulan-bulan pertama kelahirannya,
demikian pula janin. Lebih jauh lagi, Van de Carr dan Lehrer
mengembangkan metode pendidikan prenatal yang menjadi model bagi studi
serupa yang dilakukan di negara lain, seperti.Venezuela dan Thailand.
Terdapat
beberapa prinsip dasar yang diterapkan dalam pendidikan prenatal yang
dikembangkan kedua pakar psikologi dan pendidikan asal California
tersebut, antara lain prinsip kerja sama yang diwujudkan dalam permainan
dan latihan stimulasi, prinsip ikatan cinta (bonding/attachment) sejak
sebelum lahir, serta prinsip keterlibatan anggota keluarga yang lain,
termasuk ayah. Latihan serta permainan yang dikembangkan ini, teruta.ma
untuk mengaktifkan seluruh indra janin yang menggunakan sentuhan dan
suara serta merangsang perkembangan emosi melalui komunikasi ibu dan
janin.
Latihan
yang praktis dan komprehensif itu antara lain dilakukan melalui
komunikasi ibu dengan janin segera sesudah diketahui telah terjadi
kehamilan. Misalnya, melatih indra janin dengan suara ibu dan anggota
keluarga, melatih motorik kasar janin dengan memberi instruksi
menendang, dan diam dengan cara meraba serta mengelus perut ibu secara
ritmis disertai kata¬kata tertentu. Lain di Amerika Serikat, lain lagi
di Venezuela. Di negara Amerika Latin ini, Dr. Beatriz Manrique bersama
tim melakukan riset selama 16 tahun dalam stimulasi prenatal dan
postnatal yang menggunakan model atau metode yang sama dengan yang
digunakan rekan terdahulunya, Van de Carr dan Lehrer. Hasil penelitian
yang dilakukan terhadap ribuan ibu hamil (berusia 18¬26 tahun) serta
bayi di Venezuela merupakan dasar baru dalam pendidikan anak, sebab
pendidikan anak sudah dimulai sejak janin.
Mula-mula
Manrique membagi sampel penelitiannya dalam dua kelompok, yaitu
kelompok terkontrol (terdiri dari bayi yang semasa janin tidak diberi
stimulasi) dan kelompok eksperimental (terdiri dari bayi yang semasa
janin diberi stimulasi). Parameter yang menjadi alat pengukuran terhadap
bayi kelompok eksperimental antara lain evaluasi perkembangan emosi
bayi, evaluasi keterampilan motorik, antisipasi, evaluasi sebab-akibat,
dan perkembangan bahasa terhadap anal(‘ sejak lahir hingga berusia enam
tahun.
Wanita
pakar psikologi klinis, profesor, dan penulis ini menemukan hal
menakjubkan dalam riset yang telah diakui oleh American Society of Pre
and Postnatal Psychology (Masyarakat Psikologi Pre- dan Postnatal
Amerika Serikat). Menariknya, bayi yang selalu diberi stimulasi
rnenunjukkan kemampuan menangkap dan mengikuti rangsang visual dan
auditori 1,02 poin lebih tinggi (skala Bayley) dibandingkan bayi
kelompok terkontrol saat usianya 2 hari. Selain itu, kemampuan motorik
bayi kelompok eksperimental lebih tinggi 0,47 poin dibandingkan kelompok
kontrol, serta 0,53 poin lebih tinggi untuk kemampuan melakukan
transisi antara keadaan tidak sadar dan sadar.
Hasil
menakjubkan juga ditunjukkan saat kelompok eksperimental menginjak usia
18 bulan, yakni lebih tinggi 1,3 poin untuk perkembangan motorik kasar;
1,76 poin lebih tinggi untuk perkembangan bahasa; serta 2,19 poin lebih
tinggi untuk koordinasi mata-tangan dibandingkan dengan anak-anak dari
kelompok terkontrol. Hasil tersebut kurang lebih sama dengan studi yang
dilakukan oleh Van de Carr dan Lehrer.
Meski
pencapaian dalam perkembangan emosi dan inteligensi yang diperlihatkan
cukup fantastis, baik para peneliti maupun pendidik prenatal yang
mengembangkan metode stimulasi dini tersebut, tidak mengutamakan
“target” yang mesti dicapai. Semua stimulasi dan latihan yang diberikan
hanya merupakan bagian dari upaya untuk mengakomodasi semua kebutuhan
anak demi tumbuh-kembang yang optimal.
SUMBER : http://www.karyatulisilmiah.com/
Mantap, akhirnya ketemu juga contoh karya ilmiah populernya. Terimakasih kak..